Konsep bekerja remote (remote working) telah tak asing untuk karyawan masa kini. Cara kerja model ini sudah tidak sedikit diadopsi oleh tidak sedikit perusahaan, terutama startup.
The IWG Global Workspace pernah mengerjakan survei untuk karyawan dan bertanya makna remote working. Sebanyak 27 persen mendefinisikan dengan kemerdekaan untuk memilih tempat bekerja laksana di kota beda atau co-working space. Sedangkan 21 persen menuliskan bebas menata jam kerja, dan 27 persennya lagi mengaitkan dengan kemerdekaan memberikan beban pekerjaan.
Ada sejumlah perusahaan yang merasa teknik bekerja ini tidak sama produktifnya dengan mewajibkan karyawannya datang ke kantor. Bekerja dari manapun pada dasarnya menghemat tidak sedikit waktu dan tenaga. kita tidak perlu menguras waktu guna pergi dan kembali dari kantor hingga naik transportasi yang padat orang, atau turun di jalan yang macet.
Menerapkan teknik kerja remote working untuk sebagian orang ternyata terdapat keuntungannya. Contoh sederhananya, andai bekerja dari lokasi tinggal ternyata dapat meningkat tanggung jawab untuk keluarga. Tidak melulu itu, karyawan yang bekerja dari rumah dapat memonitor pertumbuhan sekaligus menuntun anak-anaknya serta menghemat pengeluaran untuk ongkos transportasi. Sedangkan untuk empunya bisnis, logikanya sistem kerja ini dapat mengurangi ongkos sewa, perangkat tulis, tagihan listrik, telepon, serta ongkos lain yang dikeluarkan untuk keperluan karyawan.
Nicholas Bloom, seorang profesor ekonomi dari Stanford University, dalam risetnya yang berjudul Does Working From Home Work? Evidence From A Chinese Experiment berasumsi karyawan yang merealisasikan bekerja dari lokasi tinggal ternyata mempunyai kepuasan tinggi terhadap pekerjaannya. Dengan penerapan bekerja dari rumah, 25 persen karyawan ternyata mempunyai level stres lebih rendah. Sedangkan 73 persen mengaku dapat mengkonsumsi makanan yang lebih sehat dan 76 persennya lagi mengindikasikan loyalitas untuk perusahaan. Sementara itu, 80 persen lainnya mengaku memiliki ekuilibrium hidup.
Jejak Gaya Hidup Remote Working
Remote working tidak datang secara tiba-tiba walaupun menjadi kehormatan hati gaya bekerja ketika ini. Model kerja menarik ini ternyata jejaknya telah ada semenjak tahun 1970-an. Yang mencetuskan gagasan ini ialah Jack Nilles. Jack pernah menjadi Direktur guna Divisi Penelitian Interdisipliner di University of Southern California pada 1973. Saat itu, dia membuat istilah telecommuting.
Secara definitif, telecommuting yang kemudian pulang menjadi teleworking (dalam perkembangannya) adalahsebuah sistem yang mengedepankan fleksibilitas kerja. Sederhananya, karyawan tak butuh pergi ke kantor sebab segala urusan dapat dilaksanakan lewat pertolongan teknologi. Lewat gagasan Jack ini lah, tidak sedikit karyawan kini yang kesudahannya bekerja di rumah. Beberapa karyawan beda lebih nyaman bekerja secara nomaden, baik tersebut di kafe atau co-working space.
Gagasan telecommuting hadir seiring dengan berkembangnya teknologi era 1970-an mula di Amerika Serikat yang ditandai dengan terhubungnya kantor-kantor satelit ke perkotaan dan perumahan melewati dumb terminals (perangkat guna memasukkan, mentransmisikan data ke, dan memperlihatkan data dari komputer) lewat drainase telepon sebagai jembatan jaringan (network bridge). Hal itu secara otomatis menciptakan penyusutan ongkos yang signifikan, sehingga gagasan mengenai desentralisasi perkantoran juga turut pula mewabah.
Memasuki periode mula 1980, proses keterhubungan kantor-kantor cabang dan pekerja rumahan difasilitasi oleh groupware, jaringan virtual privat, video conference, dan VoiceoverIP (VoIP). Perusahaan juga memandang urusan ini sangat tepat guna dan bermanfaat. Itulah mengapa pada tahun 1983, selama 2000-an karyawan IBM telah bekerja secara teleworking.
Pro Kontra di Perusahaan
Walaupun dianggap memiliki tidak sedikit keuntungan, remote working ternyata tidak selalu dominan baik untuk karyawan. Di tahun 2013, CEO Yahoo, Marissa Mayer, tidak mengizinkan karyawannya guna bekerja dari rumah. Dia memandang untuk menciptakan sebuah perusahaan menjadi yang terbaik, komunikasi dan kolaborasi ialah hal penting. Hal tersebut sulit tercapai saat karyawan memilih guna bekerja secara remote daripada datang ke kantor. Hal lainnya, remote working ternyata dianggap menghambat produktivitas.
Beberapa Macam Remote Worker:
- remote worker solutions sangfor
- remote worker solutions cisco
- remote worker solutions aruba
- remote worker solutions fortinet
Ada dalil lain kenapa remote working menjadi suatu dilema besar untuk perusahaan. Survei yang diciptakan Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) di tahun 2017 ternyata buat tercengang. Sebanyak 41 persen karyawan menyatakan tertekan saat bekerja di rumah. Hal ini berbanding terbalik dengan 25 persen karyawan yang bekerja di kantor. Faktor yang mengakibatkan rasa tertekan ini beragam.
Salah satunya ialah merasa terkucilkan dan tidak dapat berkomunikasi secara baik dengan rekan-rekannya. Hal ini dibenarnya oleh penelitian Joseph Grenny dan David Maxfield yang dimuat di Harvard Business Review.
Sementara tersebut pada 2014, The Guardian menurunkan tulisan yang melafalkan bahwa sejumlah perusahaan besar di Amerika Serikat laksana Best Buy dan Hewlett-Packard (HP) menyimpulkan untuk bukan lagi menggunakan kepandaian remote working. Penyebabnya karena sejumlah pekerjaan dianggap perlu kolaborasi dan inovasi yang mesti digarap bareng oleh semua karyawan di kantor.
Keputusan Yahoo, Best Buy, dan HP dengan kembali menggunakan sistem kerja konvensional memang lumayan mengejutkan. Sebab tidak sedikit riset di tahun itu yang malah menunjukkan urusan sebaliknya. Produktivitas karyawan meningkat sebab remote working.
Apalagi pada masa sekarang, dengan makin masifnya sistem komputasi awan (cloud computing) dan ketersediaan teknologi wifi di sekian banyak lokasi, semua telecommuters (panggilan guna pekerja yang merealisasikan telecommuting) kian gampang untuk mempraktikkan remote working. Ditambah dengan banyaknya perusahaan aplikasi Human Resource Information System (HRIS) yang menawarkan pelbagai kemudahan absensi kapanpun dan dimanapun dengan satu aplikasi.

0 komentar